Honda CB100 tua yang aslinya hanya 2 klep dibikin jadi 4 klep. Menggunakan sistem DOHC (Double Overhead Camshaft) yang didukung dua kem.
Hebatnya lagi kapasitas mesin melonjak tinggi. Asalnya cuma 97 cc kini jadi 225,7 cc. Kalau dibulatkan jadi 226 cc dong. Hebat! Ini katanya hasil kerja sama dengan Suroyo, pebengkel di Jl. Ibu Sangki, No. 64, Cibeber, Cimahi, Jawa Barat.
Apa saja teknologinya, mari lihat.
BLOK DAN KEPALA SILINDER F-150
Menggapai teknologi modern, Royo menggabungkan mesin CB100 dengan milik Suzuki Satria F-150. “Karter milik CB100 sedang kepala dan blok silinder punya Satria F-150 yang sudah DOHC,” jelas brother beken disapa Royo ini.
Tentunya perlu dudukan atau adaptor khusus untuk menggabungkan karter dan blok silinder. Royo bikin dari bahan duralium 5 mm. Disambung menggunakan las argon untuk bagian dalam. Sedang bagian luar perlu lebih rapi, makanya pakai las babet.
Posisi baut blok juga digeser. Disesuaikan lubang baut di blok F-150. Juga perlu bikin dudukan tensioner yang panjang dan pendek. Menggunakan miling agar pas pasang di karter.
Piston pakai diameter 68 mm. Diambil dari Honda XR400 yang punya pin piston 15 mm. Pas dipasangkan sama setang piston GL-Pro Neo Tech yang sudah dipasang berikut kruk as-nya.
Piston besar memaksa ganti boring lebih besar. Juga stroke atau langkah piston dibikin jadi 62,2 mm. Ini didapat dari menggeser posisi pin kruk as Neo Tech sekitar 6,5 mm. Total langkah bertambah 13 mm.
Kalau dihitung menggunakan rumus volume silinder pasti didapat 225,7 cc. Itu didapat dari diameter silinder yang sudah 68 mm dan stroke 62,2 mm.
Tapi, lantaran stroke bertambah bukan saja pasang adaptor blok silinder dari duralium 5 mm. Tapi, rantai keteng Satria FU perlu ditambah. Disambung lagi 4 mata. Tentu gigi keteng di kruk as juga dibikin seperti punya Satria 4-tak itu.
RASIO TIGER
Setelah kapasitas dapur pacu meningkat, sektor pemindah daya dibenahi. Biar imbang gitu. Seperti rasio satu set pakai Honda Tiger. Otomatis mesin tidak teriak kencang lantaran sudah 6 tingkat kecepatan.
Begitu juga rumah kopling. Cangkok dari Tiger. “Namun kampas kopling dipasang enam lapis. Aplikasi dari Honda Grand,” jelas Royo yang bisa ditanya lebih lanjut lewat telepon rumah di nomor (022) 6673653.
PENGAPIAN GRAND
Pengapian masih cangkok dari punya Grand. Seperti satu set magnet, sepul, pulser dan CDI. Tentu dalam pemasangan kudu dibuatkan dudukan baru. Paling penting lagi letak pulser yang dipasang di kruk as. Tidak ditempatkan di tutup magnet, kenapa ya?
Rencana ke depan mau ganti pulser. Menurut Bro yang dulu sempat beken bikin 2 busi ini. Katanya yang bagus cangkok dari punya Binter Joy. Makanya mesin mau dibelah ulang. Minimal sebelah kiri kudu dibongkar.
BY PASS JALUR OLI
Sistem pelumasan menuju kepala silinder kudu lancar agar mampu melumasi mekanisme klep. Kalau mempertahankan jalur lama, dipastikan lumayan ribet. Itu karena lubang baut silinder di karter dan blok sudah bergeser. Apalagi sudah tertutup adaptor blok dan kena las babet.
Untuk itu kudu dibuatkan jalur baru. Dari tutup bak kopling kanan dilubangi sebagai dudukan nipel slang. Dari nipel disambung ke pipa karet dan pipa besi menuju kepala silinder. Dari sana baru disemburkan menuju mekanisme klep.
Aliran pelumas di kepala silinder dilanjut menuju karter kembali. Lewat lubang baut blok kiri depan. Setelah nyampe atas karter dibuatkan dua lubang yang disemprotkan menuju rantai keteng dan setang piston bawah. Baru deh setelah itu oli ngumpul di bak.
PISTON KEMBALI DIGANTI
Edwin dapat barang unik, yakni piston Honda CBR150. Menurut Royo, diameter 67 mm
dan pin 15 mm. Otomatis harus bore down lantaran piston makin imut dan boring diganti lebih kecil.
Kini kapasitas silinder malah turun. Asalnya 225,7 cc jadi 219 cc. Turun sekitar 7 cc. Tapi nggak masalah lantaran dirasa aman karena kompresi tidak terlalu besar.
0 komentar:
Posting Komentar